"Yang baik tidak bisa lepas dari keburukan dan yang buruk tetap punya kemungkinan menjadi baik"

- Masa lalu boleh kelam, namun masa depan tak boleh suram (V_2198)-

Jumat, 12 April 2013

Buku Pertamaku-Episode Luka

Assalamu’alaykum,..
Lama tak jumpa, kawan. Ya, sudah lama sekali blog ini sepi bak rumah tanpa penghuni. (angker dong? ^_^).
Bukannya tidak nyadar. bahkan aku sendiri pun bosan setiap kali mengunjungi halaman blog-ku sendiri. Yach, postingan terakhir itu lagi, itu lagi. Apalagi begitu menyimak, melihat, dan memperhatikan dengan seksama tanggal postingnya, 30 April 2012?! Aduuuhh… malu banget deh! (>_<). #Serasa pengen nyari gentong guedeee, terus sembunyi deh di sana (Sekalian tidur. Eh? ~_~v). Oke, Lanjut…! Ya itulah teman, dalam satu belakangan ini, entah kenapa virus hampir mematikan yang bernama M.4.L.A.5 itu betah banget hinggap di diriku. #Olala… Gaswat! Bukan pula tak pernah terpikir untuk kembali aktif menulis di blog tersayang en satu-satunya ini, tapi ya itu tadi. Penyakit malas kembali menggerogoti setiap aku sudah bersiap untuk kembali mengisi blog-ku yang cantik ini (Menurutku!). Bae’ laaah, intermezonya cukup sampai di sini.
 Itu tadi hanya sekilas curhat alias pembelaan diriku terhadap kemalasan yang membuat blog manis ini terlantar sekian lama di pulau tak berpenghuni. Cukup! Langsung aja, kali ini aku menulis tentang buku pertamaku yang harusnya kutulis sejak setahun yang lalu. Ya, setahun lalu sejak mulai gencar menekuni hobiku di bidang kepenulisan. Setelah bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) Banjarmasin, aku mengenal begitu banyak orang-orang hebat di dunia kepenulisan. Nah, salah seorang penulis yang juga (bisa dibilang) sastrawan kalsel, yang jugaaa… salah satu anggota FLP Banjarmasin, berbaik hati mengajak aku bergabung dengan grup kepenulisan yang baru saja dibentuk oleh Pak Aliansyah Jumbawuya yang bernama “Komunitas Pena Kita”. Di grup ini, hobi menulisku semakin menggila, karena di dalam grup inilah aku banyak belajar tanpa rasa malu tentang kepenulisan. Dan tak perlu menunggu waktu lama (hanya beberapa bulan) cerpenku yang berjudul “Sang Penulis” pun terbit dalam satu buku yang berjudul “Episode Luka” bersama beberapa penulis lainnya. Yang paling menyenangkan bagiku adalah buku perdana ini mulai beredar tepat di hari ulang tahun ayahku di tanggal 3 Maret 2012. Dan aku pun dengan bangga mengatakan : Buku Pertamaku, kupersembahkan untuk ayahku. Selamat Ulang Tahun, Ayah… ^_^


Judul: Episode Luka
Kategori: Kumpulan Cerpen
Penulis: Komunitas Penakita (Aliansyah Jumbawuya, Zian Armie Wahyufi, Khoiriyyah Azzahro, Rahmada Devi, Hidayah, Martha Krisna, Isfiyatul Hkoiroh, Ervina Rahiem, Noor Hafizah Uhdiyati, Fajriah Amini, Jalindarussari, Ninin Susanti, M. Fadhilah Arsyad)
Penerbit: Komunitas Penakita 
ISBN:
Tebal: xii + 136 halaman
Ukuran: 13 x 20 cm
Harga: Rp. 29.000,-



Sinopsis:
Ini adalah hari kelima aku di sini. Tiga hari lagi, terompet tahun baru akan berkumandang. Entah mengapa, dua minggu lalu aku memutuskan untuk membeli tiket pesawat tunggal dari Indonesia demi menghabiskan akhir tahun di negeri Napoleon Bonaparte ini.
Awalnya, suami dan anak-anakku tak mengizinkan. Namun, mereka takkan sanggup menghalangiku untuk mengunjungi tanah kelahiranku.
Udara dingin subuh hari memaksaku untuk menarik reusleting jaket lebih rapat lagi. Kuraih Chateau Rouge di sudut rak. Sambil menikmati cappucino hangat di sofa ruang terindah apartemen tua ini, kubuka lembar demi lembar buku karanganku sendiri itu. Kisah dongeng anak tentang Menara Babel yang ditulis pada 1985 itu membawaku pada memori masa kecil. Kala sebuah episode luka tercipta dalam hidupku.

Endorsement:
"Kumpulan cerpen ini membuktikan bahwa sebuah komunitas bisa menjadi tungku kreativitas dan motivasi bagi penulis-penulis yang memberikan harapan terhadap perkembangan sastra ke depan."
– Sandi Firly, redaktur Sastra SKH Media Kalimantan


"Kabar baiknya adalah upaya mendokumentasikan karya sastra di Kalsel sudah mulai membaik. Kabar buruknya, terlalu sedikit orang-orang di luar sana yang membantu upaya mengabadikan karya sastra. Buku ini mewakili kedua hal di atas. Saat membaca isi buku ini, diperlukan keberanian untuk menerima dua kabar tersebut. Cengengnya, tidak semua orang berani menerima dua kabar sekaligus dalam waktu bersamaan. Silakan buktikan!” -Harie Insani Putra, cerpenis.
Catatan di kotak inspirasi

03 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron sudah meninggalkan pesan di blog ini. ^_^