"Yang baik tidak bisa lepas dari keburukan dan yang buruk tetap punya kemungkinan menjadi baik"

- Masa lalu boleh kelam, namun masa depan tak boleh suram (V_2198)-

Sabtu, 11 Juni 2011

Persahabatan dari Hati


Persahabatan dari Hati
Oleh : Ervina Rahiem

“Hallo, selamat pagi semuanya!!” sapa Nika pada Ayu, Rara dan Wlliana yang tengah asyik ngobrol dan
bercanda dihlaman sekolah pagi itu. Tapi, sahabat-sahabatnya itu sama sekali tidak menghiraukan sapaan Nika yang baru saja tiba disekolah.

Seperti biasa, pagi-pagi sebelum bel masuk berbunyi, anak-anak ramai bermain dihalaman sekolah, ada yang bermain lompat tali, bola kasti dan ada juga yang sekedar ngobrol-ngobrol dan bercanda seperti yang biasa dilakukan Nika dan teman-temannya. Namun hari ini ada yang aneh bagi Nika, tiba-tiba saja Ayu, Rara, dan Williana sama sekali tidak menghiraukan Nika, bahkan tidak membalas sapaan Nika barusan.

Yu, nanti sore belajar kelompoknya di rumah kamu kan?” Tanya Rara tentang kegiatan rutin mereka saban minggu.

“Iya, nanti jam 3 aku tunggu di rumahku ya?” sahut Ayu.

“Snack Semangat kita apa nih hari ini? Sambung Williana yang doyan ngemil namun tetap saja badannya kurus ini.

Gimana kalau nanti sore aku aja yang bawa snacknya?hari ini mamaku bikin kue coklat, pasti asyik belajar sambil menyantap kue coklat lezat” usul Nika.

“Aku udah siapin Stick Keju” sahut Rara ketus.

“Dirumahku juga banyak permen coklat, papaku kan baru pulang dari Itali kemaren sore sahut Ayu ikut-ikutan ketus.

“Wouw enak sekali..asyiknya belajar sambil menyantap stick keju dan permen coklat dari Itali!!” seru Williana.
Anak-anak ini terus saja membicarakan rencana kegiatan rutin mereka yang nanti sore kena giliran dirumah Ayu tanpa sedikitpun mempedulikan Nika yang tampak kebingungan karena merasa tidak dihiraukan oleh sahabat-sahabatnya.

“Hallo semua, nanti sore jadikan belajar dirumah Ayu? Sapa Risna sembari bertanya pada Nika, Ayu, Rara, dan Williana. Bukannya menyahut, Ayu, Rara, dan Williana malah berlalu meninggalkan Nika dan Risna yang bengong dihalaman sekolah.

Bersamaan dengan itu “tiiitt…tiiiiitt…tiiiitt…” terdengar bunyi bel tiga kali pertanda pelajaran akan segera dimulai, dengan perasaan sedih dan heran Nika dan Risna pun masuk ke kelas 6A-1.

“Ayu, Rara, dan Willi kenapa sih Nik, kok kita dimusuhin?emangnya kita punya salah apa?” Tanya Risna pada Nika ketika jam istirahat.

“Aku juga enggak tau Nik, tadi aku juga dimusuhin sama mereka, waktu aku ngomong sama sekali ga diladeni, kenapa ya?” balas Nika ikut-ikutan bertanya.
Sekarang Nika cuma berteman dengan Risna. Mereka berdua sama-sama dimusuhin oleh Ayu, Rara, dan Willi padahal mereka sudah bersahabat sejak kelas 3 SD.

“Nika..ayo makan” panggil mama. Nika pun beranjak dari tempat tidur dan menuju meja makan yang terletak di ruang tengah lantai dasar.

“Lho kok anak papa sepertinya ga semangat gitu, ada apa sayang?” Tanya papa begitu Nika tiba diruang makan.

“Ga ada apa-apa kok pa” sahut Nika.

“Ya sudah kalau begitu ayo kita makan, jangan lupa berdoa dulu” sambung mama.

Nika pun membaca doa makan dalam hati. Pikirannya tidak tenang terus saja teringat dengan sikap acuh tak acuh sahabat-sahabatnya hari ini, sampai-sampai tanpa sadar makanan dipiring Nika berantakan kemana-mana karena dimaink-mainkan oleh tangan kecil Nika.

“Nika...kok bengong, kamu sakit?’ tegur mama saat melihat putri kesayangannya termenung dimeja makan sambil memain-mainkan sendok dan garpu yang ada dipringnya.

“Eng..enggak kok ma, Nika enggak sakit” bantah Nika kaget.

“Terus kalau ga sakit, kenapa makanannya ga dimakan, dari tadi papa perhatikan kamu bengong aja, ada apa?” tanya papa.

“Iya sayang, kalau ada apa-apa kamu cerita dong biar papa sama mama enggak khawatir”.sambung mama.

“Nika bingung ma” sahut Nika pelan.

“Kenapa sayang?” Tanya mama lagi.

“Ayu, Rara, sama Willi tiba-tiba musuhin Nika sama Risna” ucap Nika sedih.

“Bahkan sewaktu belajar sama-sama dirumah Ayu tadi sore, Nika sama Risna dicuekin” sambung Nika lagi.

“Memangnya kamu punya salah apa sama mereka?” Tanya mama.

“Nika enggak tau” sahut Nika menggeleng.

“Risna/” sambung papa.

“Kenapa sama Risna pa?” Tanya Nika tidak mengerti.

“Apa Risna melakukan kesalahan dan akhirnya kamu juga kena imbasnya?”Tanya papa menjelaskan.

“Risna juga tau salahnya apa?Rasa-rasanya Nika maupun Risna enggak pernah jahat sama Ayu, Rara, juga Willi, kemarin mereka masih baik kok pa” bela Nika sembari mengingat-ingat.

“Ya sudah kalau kamu enggak merasa salah, jangan terlalu dipikirkan. Bukannya masih ada Risna yang mau berteman sama kamu?” ucap mama mencoba menenangkan.

“Tapi Nika sayang sama Ayu, Rara, dan Willi juga Risna ma” bela Nika lagi, kali ini di iringi butiran-butiran kecil yang jatuh dari matanya.

“Apalagi sebentar lagi mau SMP, mungkin kami ga akan satu sekolah lagi. Risna juga mau pindah ke Samarinda ma, pa” sambung Nika semakin sedih.

Mama memeluk Nika dengan erat, hangatnya kasih sayang mama dapat Nika rasakan dalam pelukannya.

“Sudah..sudah…jangan menangis, mungkin teman-teman kamu enggak sengaja, mama yakin pasti mereka enggak ada niat jahat sama Nika dan juga Risna” ucap mama lembut.

“Nika ga mau kehilangan sahabat-sahabat Nika ma, kami bersahabat sudah sejak kelas 3 SD” kata Nika.

“Mama tau kamu sangat sayang sama sahabat-sahabat kamu, dan mama juga yakin mereka pasti juga sayang sama Nika” sahut mama lagi.

“Lalu Nika harus gimana ma?”Tanya Nika.

“Besok coba kamu tanyakan langsung sama Ayu, Rara, dan Willi, siapa tahu mereka pernah tersinggung sama sikap atau ucapan kamu”. Papa menyarankan.

‘Iya pa” Nika menurut.

Kemudian Nika pun berpamitan pada mama dan papanya untuk kembali ke kamar dan tidur malam, tentu saja setelah selesai membantu mama membereskan meja makan.

Keesokan paginya Nika berangkat ke sekolah dengan perasaan cemas, Nika takut teman-temannya masih memusuhnya dan Risna dan akhirnya persahabatan mereka pun putus sebelum waktu yang memisahkan mereka.

‘Enggak!! Nika enggak mau kehilangan sahabat-sahabat Nika!!” seru Nika tiba-tiba ditengah lamunannya yang membuat papa kaget dibuatnya.

“Kamu kenapa Nika?” Tanya papa heran.

“Nika takut kalau Ayu, Rara, dan Willi enggak mau berteman sama Nika lagi pa. Nika sayang sama mereka” rengek Nika pada papa.

“Enggak sayang, kamu ga bakal kehilangan sahabat-sahabat kamu, papa yakin mereka pasti juga sayang sama kamu, percaya deh!” papa menegaskan.

Nika pun diam, mencoba untuk bersikap tenang. Setiba disekolah, Nika langsung menghampiri Risna yang duduk sendirian diruang kelas sedangkan Ayu, Rara, dan Willi tengah asyik bermain kejar-kejaran dihalaman sekolah.

“Selamat pagi Risna” sapa Nika.

“Pagi” Risna membalas kurang semangat. “PR kamu sudah selesai?”

“Sudah”

“Teman-teman masih memusuhi kita?” Tanya Nika kemudian.

“Sepertinya begitu”

“Kira-kira kamu tau enggak kenapa mereka marah sama kita?” Tanya Nika lagi.

Risna hanya menggeleng sambil berpikir dan mengingat-ingat tentang sesuatu hal.

“Mungkin mereka marah karena kamu enggak akan masuk di SMP yang sama seperti mereka dan aku mau pindah ke Samarinda”tebak Risna.

“Apa iya?”tukas Nika enggak yakin.

“Mungkin saja, karena Ayu, Rara, dan Willi kan janjian mau melanjutkan sekolah di SMP yang sama biar bisa terus sahabatan” Risna menjelaskan.

“Lalu kenapa harus marah kalau kita enggak satu sekolah lagi?”

“Tentu saja, mereka kan mau nya kita tetap satu sekolah, tapi masa aku harus pisah sama papa dan mama yang akan berangkat ke Samarinda?terus aku mau tinggal dimana?”

Kedua sahabat kecil itu terus saja membicarakan tentang sahabat mereka yang tiba-tiba berubah sikap terhadap mereka itu. Tentu saja kedua anak ini tidak bisa mengerti dengan sikap teman-temannya yang tiba-tiba saja memusushi mereka.
“Nika, kita makan diluar saja ya?” ajak mama sewaktu sepulang sekolah.

“Lho, memangnya papa enggak pulang ya ma siang ini?”

“Enggak sayang, papa masih ada urusan yang diselesaikan”.

Nika hanya menurut kemana mama mengendalikan mobil siang itu dan mereka pun berhenti di sebuah rumah makan sederhana yang ga jauh dari sekolah Nika.

“Ma,” Nika tersentak saat memasuki ruangan di rumah makan itu, dia melihat ada Risna, Ayu, Rara, dan Willi yang juga ditemani oleh mama mereka, tampaknya hanya kehadiran Nika dan mamanya saja yang masih ditunggu.

Rupanya tanpa sepengetahuan Nika dan teman-temannya sang mama telah mengatur rencana untuk bisa berkumpul sama-sama dan membicarakan perselisihan yang ada diantara peri-peri kecilnya itu.

“Hallo semuanya, maaf ya terlambat” sapa mamanya Nika yang disambut dengan senyuman oleh yang lainnya.

Nika dan Risna tak henti-hentinya saling berpandangan menunjukkan keheranan mereka pada pertemuan mendadak ini, begitu pun dengan Ayu, Rara, dan Willi yang tak kalah heran.

“Nah, sekarang semuanya sudah kumpul. Ayo kita makan” ajak mamanya Williana.

Suasana pun hening sejenak, dengan rasa sedikit segan dan sikap yang kelihatan canggung mereka menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh pelayan rumah makan. Para mama pun saling melirik kepada anak-anak yang sebelumnya terlihat akrab dan ramai bila sudah bersama itu.

“Kok pada diem, tumben!” tegur mamanya Ayu.

“Iya, biasanya kalian tuh kalau sudah ngumpul kayak begini ributnya enggak ketulungan” sambung mamanya Risna.

Sementara anak-anak itu hanya diam saling berpandangan, padahal dalam mereka sangat merindukan persahabatan mereka.

“Kalian lagi berantem ya?” Tanya mamanya Nika tiba-tiba.

Semua anak-anak itu kaget dan Nika hanya tertunduk sedih.

“Risna, coba kamu jelaskan ada apa sama kalian?”sambung mamanya Risna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron sudah meninggalkan pesan di blog ini. ^_^