"Yang baik tidak bisa lepas dari keburukan dan yang buruk tetap punya kemungkinan menjadi baik"

- Masa lalu boleh kelam, namun masa depan tak boleh suram (V_2198)-

Jumat, 01 April 2011

Suku-Suku di Kerajaan Banjar

Ketika Banjarmasin lahir di tahun 1526 yang merupakan lahirnya kerajaan Banjar, penduduknya adalah campuran dari unsur Melayu, Ngaju, Maanyan, Bukit, Jawa dan suku-suku kecil lainnya yang dipersatukan oleh agama Islam, berbahasa dan beradat istiadat Banjar. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya dengan inti pembentukan persatuan etnik lahir kelompok besar yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu, dan Kelompok Banjar Pahuluan.
Kelompok Banjar Kuala tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan Martapura, berasal dari kesatuan etnik Ngaju. Kelompok Banjar Batang Banyu tinggal di sepanjang Sungai Tabalong dari muaranya Sungai Barito sampai dengan Kalua, berasal dari kesatuan etnik Maanyan. Kelompok Banjar Pahuluan tinggal di kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pleihari, berasal dari kesatuan etnik Bukit.

Suku lain yang tergolong penduduk asli Kalimantan Selatan, yaitu:
1. Suku Maanyan, tinggal di daerah Warukin di Tabalong
2. Suku Dayak Dusun Deah, tinggal di Pangelak, Upau, Kinarum, Kaong, Gunung Riut, Mangkupum, Haruai dan Muhara Uya di Tabalong
3. Suku Bakumpai, tinggal di daerah Marabahan dan sekitarnya di Barito Kuala
4. Suku Dayak Balangan (Daerah Pemekaran Kabupaten Hulu Sungai Utara), tinggal di Halong dan sekitarnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
5. Suku Bukit, tinggal di sepanjang pegunungan Meratus
6. Suku Abal, suku ini sudah punah dulunya tinggal di daerah Tabalong
7. Suku Lawangan di kabupaten Tabalong

Kemudian sebagai suku pendatang:
1. Suku Jawa, di Tamban Barito Kuala
2. Suku Madura, di Madurejo Pengaron Kabupaten Banjar
3. Suku Bugis, di Pulau Laut dan sekitarnya di Kabupaten Kotabaru
4. Suku Mandar, di Pulau Laut dan sekitarnya
5. Suku Bajau, di Rampa Bajau Kotabaru
6. Cina Parit, di Kabupaten Tanah Laut di Sungai Perit Pleihari
7. Penduduk pendatang dari Sumatera, Ambon, dan lain-lain menyebar ke tiap daerah di Kalimantan Selatan.

Sekilas Riwayat Hidup Pangeran Hidayatullah



Sekilas tentang Sultan Hidayatullah Al-watsiq billah dalam Perang Banjar.


Pangeran Hidayatullah diangkat menjadi Sultan Banjar berdasarkan Surat Wasiat Kakek beliau Sultan Adam. Pengangkatan ini dilakukan karena ayah Pangeran Hidayatullah, Sultan Muda Abdurrahman wafat.

Lahir di Martapura pada tahun 1822 M, di-didik secara Islami dipesantren Dalam Pagar Kalampayan (Didirikan oleh Syekh Muhammad Arsyad Al-banjari, salah seorang tokoh Agama Islam di Nusantara) sehingga memiliki ilmu kepemimpinan serta keagamaan yang cukup tinggi untuk kemudian dipersiapkan menjadi Sultan. Sebelum menjadi Sultan sempat menduduki jabatan sebagai Mangkubumi kesultanan pada tahun 1855 M. Pada saat itu jabatan Mangkubumi diangkat oleh Kolonial Belanda dengan persetujuan Sultan Adam. Dengan menduduki jabatan tersebut maka Pangeran Hidayatullah bisa lebih memahami & menyelami kondisi Kesultanan maupun rakyat Banjar, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan kolonial Belanda (spionase), hal tersebut sangat berguna untuk persiapan perang.

Surat Wasiat Sultan Adam Untuk Pangeran Hidayatullah


Naskah Asli tersimpan baik oleh Ratu Yus Roostianah Keturunan garis ke-3 / cicit dari Pangeran Hidayatullah

Surat tersebut merupakan tulisan tangan dalam huruf arab berbahasa Melayu Banjar.

Terjemahan :

Bismillahirrahmannirrohim
Asyhadualla ilaha ilalloh naik saksi aku tiada Tuhan lain yang di sembah dengan se-benar2nya hanya Allah Wa asyhaduanna Muhammadarasululloh
naik saksi aku Nabi Muhammad itu se-benar2nya pesuruh Allah Ta’ala. Dan kemudian dari pada itu aku menyaksikan kepada dua orang baik2 yang memegang hukum agama Islam yang pertama Mufti Haji Jamaludin yang kedua pengulu Haji Mahmut serta aku adalah didalam tetap ibadahku dan sempurna ingatanku.

Maka adalah aku memberi kepada cucuku Andarun bernama Pangeran Hidayatullah suatu desa namanya Riyam Kanan maka adalah perwatasan tersebut dibawah ini ;
Mulai di Muha Bincau terus di Teluk Sanggar dan Pamandian Walanda dan Jawa dan terus di Gunung Rungging terus di Gunung Kupang terus di Gunung Rundan dan terus di Kepalamandin dan Padang Basar terus di Pasiraman Gunung Pamaton terus di Gunung Damar terus di Junggur dari Junggur terus di Kala’an terus di Gunung Hakung dari Hakung terus di Gunung Baratus, itulah perwatasan yang didarat.

Adapun perwatasan yang di pinggir sungai besar maka adalah yang tersebut di bawah ini;