"Yang baik tidak bisa lepas dari keburukan dan yang buruk tetap punya kemungkinan menjadi baik"

- Masa lalu boleh kelam, namun masa depan tak boleh suram (V_2198)-

Sabtu, 11 Juni 2011

Allea

Allea
Oleh : Ervina Rahiem

“Allea…” kupanggil namamu saat itu dan seketika kau pun menoleh padaku. Matamu menatap tajam ke arahku menandakan keherananmu atas panggilku barusan.
“Ya ada apa?” kamu menyahut dengan ramah diiringi senyuman indah yang menggetarkan hati siapapun yang melihatnya begitu juga hatiku.
“Kamu anggota kesenian sastra kan?”tanyaku
“Ya, kenapa?”
“Kudengar karya-karya puisimu sangat bagus, dan kamu pun pandai membawakannya dalam expresi”
“Biasa aza, masih perlu banyak belajar…memangnya ada apa?” ucapmu merendah sembari memasang mimik serius.
“Osis sekolah kita akan mengadakan pentas seni dan budaya bulan depan, dan kami bermaksud ngajak kamu tampil membawakan puisi kamu diacara ntar, gimana??”
“Berapa lama waktu aku untuk memikirkan semuanya?” tanyamu santai.
“3 hari cukup?”
“Oke! 3 hari lagi aku akan nemuin kamu untuk kasih kepastian”
“Oke, thanks”
Pertemuan pertama ditandai dengan obrolan singkat seputar program OSIS tentang pentas kesenian sekolah.
Allea adalah seorang gadis yang terkenal cuek di sekolahku, namun di balik semua itu sebenarnya Allea adalah cewek manis yang ramah dan menyenangkan. Walaupun sering bersikap cuek namun begitu banyak kaum adam yang kepincut oleh kecantikan Allea yang khas, apalagi setelah mereka mengenalnya dan tau bahwa betapa menyenangkannya gadis ini. Pikiranku pun sama seperti mereka. Awalnya aku menilai Allea sebagai gadis yang cuek dan pendiam, dia tidak mudah bergaul dengan oranglain, tapi setelah aku mengenal Allea saat tergabung dalam pentas seni dan budaya enam bulan yang lalu, aku baru mengetahui bahwa sebenarnya Allea adalah gadis yang unik dan istimewa, dibalik gayanya yang cuek ternyata Allea adalah gadis yang supel. smart, dan baik. Ngobrol apapun dengan dia pasti nyambung dan direspon sangat baik olehnya. Maka dari itu aku ga heran kalo akhirnya banyak cowok yang ngantri untuk mendapatkan cinta seorang Allea.
“Permisi, Levinya ada??”
Seketika semua yang berada diruang OSIS siang itu menoleh ke asal datangnya suara dan tentu saja para adam yang mengetahui siapa empunya suara tadi langsung berebut untuk menyambutnya.
“Eh, Allea…silakan masuk”
“Levi ada kok”
“Ada apa nyari Levi?”
Tanya Iwan, Andi, dan Ramond salah tingkah. Dengan senyum manis yang khas Allea pun memasuki ruang OSIS yang sederhana dan rapi tersebut, dengan dipandu cowok-cowok yang sudah kadung salah tingkah tadi, Allea duduk dimanis dikursi tunggu yang tersedia.
“Allea, silakan masuk” aku menyuruh Allea masuk keruanganku. Sebagai ketua OSIS tentu saja aku memiliki ruang khusus untuk menerima tamu yang punya kepentingan dengan OSIS.
“Gimana?sudah ada keputusan?”tanyaku memulai pembicaraan.
“Secara pribadi aku sih ga keberatan, cuma aku mau tau konsep apa yang kalian pake dalam pentas seni ntar, biar aku isa menyesuaikan dengan puisiku?”
“Tentang Cinta, karena pentas seni ini bertepatan dengan hari valentine..aku yakin banyak remaja yang akan menyukai pementasan nanti selain dari siswa-siswa disekolah kita”
“Oke kalo gitu, secepatnya akan aku sampaikan materi puisi yang akan kubawakan nanti”
“Sip, thanks sebelumnya karena kamu mau bergabung dengan kami”
“Aku sangat senang melakukannya”
Kemudian kau pun beranjak dari kursimu untuk kemudian keluar meninggalkan ruangan OSIS.

Kupu-kupu Emas….

Kupu-kupu emas yang bermain di sudut kamarku
Kau datang di kala gundahku
Kau datang temani sepiku

Ingin aku menangkapmu
Agar selamanya kau menjadi milikku
Namun…
Kutak ingin kau mati dalam genggamku

Kupu-kupu emasku…
Tetaplah kau disitu..
Terbanglah bebas di seisi kamarku
Jangan pernah tinggalkan aku
Karena aku…
Tak pernah ingin jauh darimu.


Kupu-kupu emas, kubaca tulisan indah di sehelai kertas pink beraroma. Sebuah puisi penuh makna karya Allea ini akan dibawakan pada saat Pentas Seni akhir pekan nanti. Tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang lain dihatiku setelah aku membaca goresan itu. Mungkin lewat puisi ini aku telah jatuh cinta pada seorang Allea dan akupun berharap bila puisi ini ditulisnya untukku.
***

“Sudah sampai mana persiapan pentas seni dan budaya tahun ini Levi?” Suara berat yang khas itu mengagetkan lamunanku.
“Oh..iya pak…Insya Allah semuanya sudah siap, tinggal soundsystem aja dan itu akan kita persiapkan besok” jawabku pada pak Ismail yang tengah mengecek persiapkan pentas. Pak Ismail adalah guru seni disekolahku, beliau juga menjabat sebagai pembina OSIS jadi wajar jika beliau sangat antusias dengan acara pentas seni ini.
Sabtu, 14 Februari 2009. Waktu masih menunjukkan pukul 7 malam, tapi para tamu undangan yang terdiri dari siswa-siswa berbagai sekolah telah sudah mulai berdatangan, rupanya mereka cukup antusias juga pentas seni yang bertemakan cinta ini.
Tepat pukul 8 malam, semua panitia yang tadinya nampak sibuk terlihat mulai mengambil posisi masing-masing dikursi barisan depan pojok kanan ruangan pentas. Kamila yang bertindak sebagai MC pun sudah membuka acara yang sudah dinanti pengunjung sejak tadi.
“Oke..Assalamu’alaikum...selamat malam semua...” sapa Kamila dengan semangat setelah penampilan tari persembahan dari sanggar seni Kreasi sekolahku sebagai pembuka acara.
“Wa’alaikum salam...selamat malam” sambut penonton tak kalah semangat.
“Baiiklah...tanpa basa-basa langsung saja kita mulai acara ini dengan... bla...bla...bla...”Kamila mengoceh dengan santainya sampai akhirnya dia menyebut namaku untuk tampil kedepan memberikan sambutan sebagai ketua OSIS setelah sambutan Abel ketua panitia acara selesai disampaikan.
Buru-buru aku menuju layar pentas sebelum namaku disebut untuk yang ketiga kalinya. Saat berada diatas panggung, mataku memutar mengitari seluruh isi ruangan. Namun tampaknya aku tak menemukan sesuatu yang kuharapkan. Allea, dimana dia? ditengah sambutan yang terus mengalir dari mulutku, mataku terus mencari sosok gadis itu meskipun hingga selesai pidatoku aku tak juga menemukan keberadaannya.
Dimana Allea?bukankah sebentar lagi akan tampil sebelum Drama Cinta Pertama dipentaskan???Tidak, aku tau bukan hal itu yang membuatku resah, tapi ada sesuatu hal yang lain yang kurasakan. Apa ini? Mengapa aku begitu sangat ingin melihat Allea malam ini? Tampil cantik dengan balutan gaun indahnya, Allea pasti akan terlihat sangat berbeda malam ini.
Dan tiba-tiba...mataku dikejutkan dengan penampilan indah diatas panggung, seorang gadis dengan gaun merah mudanya, begitu anggun dan cantik sekali. Ya Tuhan, mataku tak berkedip menyaksikan makhluk Tuhan yang hampir sempurna itu. Perlahan alunan syair-syair indah mengalun dari suara merdunya diiringi tepuk tangan riuh dan decak kagum dari para penonton.

Kupu-kupu emas yang bermain disudut kamarku
Kau datang dikala gundahku
Kau datang temani sepiku...
...

Allea, ya..dia adalah Allea dengan puisinya yang sangat kukenal. Persis seperti apa yang kubayangkan atau bahkan lebih dari itu, Allea sangat berbeda malam ini, sangat cantik dan anggun. Subhanallah.
***

Hingga hari ini, hampir seluruh mata milik kaum adam disekolahku masih tertuju kepada Allea. Sementara sang gadis bersikap biasa-biasa saja sama seperti sebelum pentas seni dilaksanakan. Allea dengan sikap dan gayanya yang sederhana melenggang bebas menuju ruang perpustakaan. Aku yang sudah setengah jam berada diruangan ini pun tak mampu menghentikan tatapan mataku yang terus saja ke arahnya seolah tak ingin kehilangan senyum manisnya yang sejak tadi dia pamerkan kepada semua yang menatapnya.
“Hai Lev, selamat ya acara kemarin malam berjalan sukses” sapa Allea mengagetkanku. Mungkin saat ini aku terlihat seperti orang bodoh dihadapannya, tapi tampaknya dia biasa-biasa saja sehingga akupun mulai bisa mengendalikan adrenalinku yang berpacu cepat sejak kedatangannya tadi.
“Eh iya, itu juga berkat bantuan kamu, makasih ya” jawabku sedikit gugup.
“Sama-sama, aku senang melakukannya” balasnya tersenyum seraya merogoh novel yang ada dirak tepat disampingnya dan muali asyik membaca.
Sejak pentas seni malam itu, aku merasa semakin akrab dengan Allea. Bagaikan magnet Allea selalu saja hadir didepan mataku setiap aku memikirkannya.
Hari demi hari berlalu, bayangan Allea terus merasuk hebat dipikiranku. Mataku selalu memperhatikan setiap tingkah dan tindakannya. Terlebih bila ada puisi atau cerpen karya Allea terpampang di mading yang diketuai sendiri olehnya, aku selalu semangat untuk menjadi orang pertama yang membaca tulisan-tulisan itu dan disisi lain aku berharap tulisan-tulisan itu adalah untukku walaupun aku sadar kalau ini semua hanyalah harapan konyol.
“Kak Levinya ada?”
“Oh, ada. Masuk aja ga apa-apa ko”
“Makasih”
“Leviiiiiiiiii...ada yang cari nih, aku ke kelas sebentar ya mau ngambil buku pe-er matematikaku” teriak Andi setelah mempersilakan seseorang diluar sana untuk masuk menemuiku secara langsung diruang OSIS pribadiku. Hehe.
“Permisi kak Levi, maaf ganggu”
“Oh Tika, silakan masuk. Ada perlu apa?” Tumben gadis ini menemuiku diruangan OSIS, biasanya kami hanya bertemu dikantin sekeolah pada jam istirahat dan dipintu gerbang pada jam pulang sekolah. Tika datang bersama tiga temannya yang lain, seperti biasanya mereka memang selalu bersama-sama. Tapi dimana Allea?biasanya diapun selalu bersama empat sekawannya.
“Selamat Ulang Tahun ya kak” ucap Tika memecah keherananku dibarengi dengan sebuah kado kecil yang dia sodorkan dihadapanku.
“Eeee...makasih ya, wah repot-repot ini.” Sahutku terbata menerima kado kecil yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Satu persatu Tika dan teman-temannya menjabat tanganku dan kemudian keluar dari ruangan OSIS berpas-pasan dengan Andi yang kembali dari kelas dengan menenteng buku matematikanya.
“Suit...suit...ternyata ada juga anak kelas satu yang ngefans sama loe Vi?” serogoh Andi setelah mengamati kado yang terpampang dimeja kerjaku.
“Loe ultah Vi?”sambungnya lagi.
“Hee..iya dong, mana ada sih yang ga ngefans ma ketua OSIS seganteng gue” sahutku cengengesan.
***

Selepas melaksanakan sholat dzuhur di musholla sekolah, aku kembali keruangan OSIS untuk memeriksa format proposal kegiatan lomba mading yang diserahkan Tanti sekretarisku kemarin. Seperti biasanya, pada jam seperti sekarang ini sekolah sepi karena para siswa sudah pulang setengah jam yang lalu.
“Eh...tw ga, kemaren ada yang gila” seru Tika
“Gila kenapa Tik?siapa?” sahut Melly semangat.
“Ada yang nekat ngikutin Rendy pulang”
“Waaa... jangan bongkar rahasia dong Tik, wah ga asyik nih” protes Restya seraya mengejar Tika yang sudah kabur sejak tadi.
Gelak tawa dan keceriaan gadis-gadis itu kusaksikan dari balik tirai jendela ruanganku dan kuperhatikan Allea pun ada disana.
Gubrakk....
Seseorang menabrak pintu OSIS yang kubuka dari dalam dan kulihat Tika mengelus-elus jidadnya yang baru saja terbentur pintu.
“Upss..maaf ya Tik” seruku kaget.
“Ga apa-apa ko kak” sahutnya disambut tawa geli teman-temannya.
“Belum pulang Kak?” tanya Melly kemudian.
“Belum nih, masih ada yang mesti diselesein” sahutku santai.
“Owh iya Al, makasih ya kadonya kemaren” ucapku pada Allea yang ternyata sudah memberikan kado ultah yang dititipkannya lewat Tika dan teman-temannya kemaren.
“Sama-sama kak, suka ga?” sahutnya seraya balik bertanya.
“Banget, kok kamu tau sih kalo aku suka baca buku-buku jenis gitu?”
“Browsing internet kak” candanya.
Lumayan lama juga aku ngobrol dengan anak-anak ini yang ternyata sangat mengasyikkan, ada saja tingkah mereka yang selalu membuat suasana menjadi ceria. Pantas saja Allea terlihat sangat dekat dengan anak-anak ini.
“Kak Levi udah punya pacar ga?” Tanya Amel tiba-tiba.
“Aku?? Mana ada yang mau sama aku?” candaku.
“Masa sih ga ada yang mau? Ada aja lo yang diam-diam naksir ma kamu” sambung Tika cengar cengir.
“Hah? mana mungkin ada yang naksir orang kaya aku?” sahutku ga percaya.
“Aku permisi duluan kekelas ya..” ujar Allea tiba-tiba seperti orang salah tingkah. Melihat sikapnya yang seperti itu, aku jadi berharap bahwa apa yang baru saja diucapkan Tika dan Melly itu memang benar dan Allea adalah orangnya.
***

Semakin hari aku semakin menyadari bahwa aku telah jatuh pada seorang yang bernama Allea, hal ini membuat aku menjadi minder setiap bertemu dengan dia. Aku berfikir, Allea adalah gadis yang cantik dan baik, lagipula kelihatannya dia juga anak orang berada, mana pantas aku mengharapkan Allea bisa membalas perasaanku yang hanya seorang anak dari tukang becak dan kalau bukan karena beasiswa aku ga mungkin ada disekolah mewah ini.
Perasaan ini membuat Allea menjadi jauh dariku, bukan karena dia membenciku atas perasaanku, tapi karena aku yang pernah merasa pantas dengan perasaanku ini. Sementara semakin lama, kusadari Allea selalu menatapku dengan marah setiap kami bertemu diperpustakaan ataupun koridor sekolah. Apa mungkin Allea telah tau tentang perasaannku sehingga dia begitu marah dan menjauhiku, padahal yang kutau selama ini Allea begitu baik dan ramah padaku.
“Lev, Levi” teriak seseorang memanggilku begitu aku hampir melewati pintu gerbang sekolah.
“Ada apa Mel? Kok kaya histeris gitu?” tanyaku setelah mengetahui yang memanggilku barusan adalah Melly teman sekelas sekaligus sahabatnya Allea.
“Kamu mau pulang ya?”
“Iya, kenapa?” tanyaku balik.
“Bareng aku aja yuk” ajaknya.
“Tapi....”
“Kamu tunggu disini ya, aku ambil mobil dulu” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Melly sudah berlari dengan cepat menuju parkiran. Ga berapa lama kemudian dia sudah berada dihadapanku dengan honda jazz merahnya.
“Vi, kenapa sih kok akhir-akhir ini kayanya kamu menjauhi kita-kita?” Melly langsung ketopik pembicaraan.
“Aku?masa iya sih? Kayanya biasa-biasa aja deh?” sahutku mencoba mengelak.
“Biasa apanya?kerasa banget kalo kamu tuh sering menghindar dari kita, terutama Allea” Melly semakin memojokkanku ketika dia menyebut nama Allea.
“Allea??kenapa dengan dia?”
“Bukannya dulu kamu sempat akrab ya sama dia?”
“Emang sih, tapi cuma sekedar teman biasa aja, sama kaya kalian”
“Teman Biasa???kamu yakin Levi?”
“Maksud kamu?”
“Allea itu suka sama kamu Levi”
“Apa???Allea suka sama aku?” mataku melotot hampir copot, untung saja jendela mobil Melly tertutup rapat, jika tidak mungkin bola-bola mataku sudah bergelindingan dijalan raya yang padat kendaraan ini.
“Bukan, bukan suka, tapi cinta” Melly semakin menekankan ucapannya.
“Cinta???” kali ini jantungku yang terasa seolah berhenti berdetak dibuatnya.
“Bercandanya ga seru ah Mel” elakku
“Kamu pikir aku bercanda????Ya ampun Levi, aku ini sejuta rius tauuu!!” Melly mulai geram dengan ke sok luguanku.
“Tapi kenapa aku?”
“Mana aku tau.. Trus perasaan kamu sendiri ke Allea gimana? Aku ga yakin kalo cuma sekedar biasa-biasa aja” Lagi-lagi Melly mengeluarkan pernyataan yang menyudutkanku membuatku sulit tuk membela diri.
“Allea pantas untuk mendapatkan yang jauh lebih baik dari aku Mel, aku ini bukan siapa-siapa dan ga punya apa-apa?”
“Kamu pikir Allea mau menerima alasan itu semua?” Aku melongo mendengar pernyataan Melly barusan. Dalam hati aku bersyukur jika ternyata benar Allea memiliki perasaan yang setulus itu kepadaku. Tapi aku tetap ga berani tuk berharap, antara aku dan Allea bagaikan langit dan bumi.
“Helloo Leviii... kamu pikir Allea cewek matre yang cuma maunya sama cowok kaya, gitu?” Melly membuyarkan lamunanku dengan melambai-lambaikan tangannya didepan mataku.
“Lalu aku mesti gimana?”
“Buang egomu dan berhenti menjauhi dia, temui dia dan bahagiakan dia” ucapan Melly barusan membuka semangat dan rasa percaya diriku. Hanya saja aku butuh waktu yang tepat untuk memulai semua ini.
“Akan aku pikirkan, thanks Mel” sahutku seraya membuka pintu mobil dan turun tepat didepan gang sempit menuju rumahku.
***

“Hai Al, apa kabar?” sapaku pada Allea yang tengah asyik membaca buku diperpust.
“Hai, baik-baik aja. Kamu sendiri?” sapa Allea balik seraya tersenyum manis. Dari raut wajahnya sama sekali tak kuliat kebencian seperti apa yang rasakan selama ini setiap aku menatap matanya.
“Baik, lama juga ga ngobrol-ngobrol seperti ini ya?” ucapku mencoba menghangatkan suasana.
“Kamunya aja yang terlalu sibuk” sahutnya santai setengah menyindir, dan aku hanya tertawa renyah tak menanggapi sindirannya barusan.
“Pulang sekolah ada kegiatan ga?” tanyaku harap-harap cemas.
“Kayaknya lagi kosong, kenapa emang?”
“Boleh aku ngajak kamu jalan sebentar?sekalian ada yang mau di omongin?” tanyaku ragu.
“Boleh... ga masalah kok” sahutnya tenang.
Yess!! Aku bersorak didalam hati, semoga ini adalah awal keberuntunganku.
Sepulang sekolah, aku bertemu dengan Allea didepan pintu gerbang seperti yang sudah dijanjikan. Kemudian aku mengajaknya ketaman yang ga jauh dari sekolah.
“Al, kamu benci ya sama aku?”
“Benci? Benci untuk apa?”
“Untuk perasaanku yang tak layak ini” aku langsung kearah topik pembicaraan, karena untuk hal ini aku bukanlah lelaki romantis yang bisa memulai semua ini dengan rayuan gombal yang tak jelas.
“Perasaan???” tanya Allea dengan nada heran.
“Melly ga ada bilang apapun sama kamu?” tanyaku sedikit gugup.
Gadis itu hanya menggeleng dan menatapku dengan penuh tanya, kupikir Melly sudah menceritakan tentang perasaanku ini padanya sehingga aku tak perlu menjelaskan apa-apa lagi.
“Emang Melly ada ngomong apaan?” tanyanya kemudian setelah cukup lama aku terhanyut dalam lamunanku.
“Aku jatuh cinta sama kamu Allea?” lagi-lagi secara spontanitas kalimat itu keluar begitu saja dari bibirku.
“Apa???”
“Maaf aku tau ini ga pantas, tapi aku juga sudah berusaha untuk menghapuskan perasaan ini”
“Kamu serius Lev?”
Aku hanya mengangguk pasrah saat Allea bertanya dengan penuh ketidakpercayaan.
“Kenapa harus aku? Kenapa bukan Melly atau yang lainnya”
“Karena yang ada dipikiranku cuma kamu, sekali lagi maafkan aku Al, mungkin aku lancang” Aku benar-benar tak punya keberanian untuk menatap Allea yang kusadari sejak tadi terus melototiku dengan keheranannya.
“Ga ada yang perlu dimaafkan Lev, justru aku makasih banget kamu udah memilih aku yang berada dipikiran kamu” jawabnya lembut menenangkan kegalauan hatiku.
“Lantas?” aku bertanya dengan penuh harap, kali ini kuberanikan diri menatap matanya.
“Lantas??” tanyanya balik seolah tak mengerti.
“Bagaimana tanggapanmu?”
“Perasaan kamu ga bertepuk sebelah tangan kok” jawabnya sembari tersenyum manis.
“Itu artinya....” Allea mengangguk pelan sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku dan aku merasa seperti diatas awan.
“Kamu mau jadi pacar aku?” tanyaku kemudian meminta kepastian.
“Untuk itu aku tidak bisa sekarang” jawabnya setengah memupuskan mimpiku.
“Maksudnya?”
“Temui aku satu tahun lagi ditempat ini” jawabnya tersenyum kemudian berlalu membiarkanku dalam kesendirian.
Ya, aku mengerti maksudmu sekarang Allea, dan aku datang satu tahun lagi dimana saat itu kamu sudah menyelesaikan studi kamu disekolah.
Akupun pulang dengan perasaan plong, benar-benar tak kusangka perasaan ini akhirnya terbalaskan. Sampai Jumpa Allea. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syukron sudah meninggalkan pesan di blog ini. ^_^