Perhatikan ya, sob. Disunting! Itu artinya aku menemukan tulisan ini berserakan di dunia maya lalu ku copy terus kutuliskan ulang di kolom inspirasiku ini. Ingat pesan dari sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a : "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya". So, aku ingin berbagi sedikit ilmu yang kudapatkan kepada Sobat ispirasi-Q. Semoga bermanfaat...
Kali ini aku ingin berbagi tentang perbedaan Jin, Setan, dan Iblis. Wuih, ternyata antara jin, setan, dan iblis itu berbeda, sob. Sebelumnya aku pribadi dan mungkin sebagian sobat yang terjebak di halaman ini pun mengira bahwa ketiga kata yang tadi kusebutkan merupakan makhluk yang sama. Setan ya Iblis, Iblis ya Setan, ya kan? Hayoo ngaku! Lalu di mana letak perbedaannya? Yuk, simak coretan berikut... ^_^
>> Jin
Jin adalah salah satu jenis makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki sifat fisik tertentu, berbeda dengan jenis manusia atau malaikat. Jin diciptakan dari bahan dasar api, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan,
(خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ (14) وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ(15
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar. Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar-Rahman: 14 – 15)
Jin memiliki kesamaan dengan manusia dalam dua hal:
a. Jin memiliki akal dan nafsu, sebagaimana manusia juga memiliki akal dan nafsu.
b. Jin mendapatkan beban perintah dan larangan syariat, sebagaimana mausia juga mendapatkan beban perintah dan larangan syariat.
Oleh karena itu, ada jin yang muslim dan ada jin yang kafir. Ada jin yang baik dan ada jin yang jahat. Ada jin yang pintar masalah agama dan ada jin yang bodoh. Bahkan ada jin Ahlussunnah dan ada jin pengikut kelompok sesat, dst. Sedangkan perbedaan jin dengan manusia yang paling mendasar adalah dari asal penciptaan dan kemampuan bisa kelihatan dan tidak. Makhluk ini dinamakan jin, karena memiliki sifat ijtinan (Arab: اجتنان), yang artinya tersembunyi dan tidak kelihatan. Manusia tidak bisa melihat jin dan jin bisa melihat manusia. Allah berfirman,
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
“Sesungguhnya ia (iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu di suatu keadaan yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27)
>> Setan
Dinamakan setan, dari kata; syutun (Arab: شطون) yang artinya jauh. Karena setan dijauhkan dari rahmat Allah. (Al-Mu’jam Al-Wasith, kata: الشيطان). Kembali pada keterangan sebelumnya, karena setan itu sifat maka kata ini bisa melekat pada diri manusia dan jin. Sebagaimana penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa ada setan dari golongan jin dan manusia.
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“(setan yang membisikkan itu) dari golongan jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 6).
Jadi ingat ya Sob, kalo Jin itu makhluk dan setan itu sifat. Karena setan itu sifat, maka dia melekat pada makhluk dan bukan berdiri sendiri. Setan adalah sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, membangkang, tidak taat, suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan,
الشيطان في لغة العرب يطلق على كل عاد متمرد
“Setan dalam bahasa Arab digunakan untuk menyebut setiap makhluk yang menentang dan membangkang.” (Alamul Jinni was Syayathin, Hal. 16).
Siapakah iblis? Iblis adalah nama salah satu jin yang menjadi gembongnya para pembangkang. Dalil bahwa iblis dari golongan jin adalah firman Allah.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
“Ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat, ‘Sujudlah kallian kepada Adam!’ maka mereka semua-pun sujud kecuali Iblis. Dia dari golongan jin dan membangkang dari perintah Allah.” (QS. Al-Kahfi: 46)
Iblis juga memiliki keturunan, sebagaimana umumnya jin lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ
Nah, itu tadi sedikit penjelasan mengenai perbedaan jin, setan da, iblis. Apabila ada kesalahan dalam postingan, mohon untuk diingatkan, karena sesungguhnya kesalahan itu datang dari seorang hamba yang penuh dengan keterbatasan. Sedangkan kebenaran datangnya hanyalah dari Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.. Wallahu a’lam bi showab.
*Sumber refrenshi : lupa ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Syukron sudah meninggalkan pesan di blog ini. ^_^