Sabtu,
21 April 2012.
“Perkuliahan
hari ini dibatalkan karena mati lampu.” Wew, panas-panas berangkat dari rumah
menuju kampus, eh tiba-tiba sang dosen membatalkan perkuliahan begitu karena
mati lampu? Hmm, maklum lah LCD tak bisa menyala dan ruangan kuliah gelap tak
ada pencahayaan! Ya sudahlah, hari ini agenda perekrutaran anggota baru FLP
cabang Banjarmasin di
halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Ah, daripada balik ke rumah mending bantu
teman-teman di sana.
Jadilah aku meluncur ke TKP. Ada dua
anggota ihkwan dan satu akhwat panitia yang senantiasa setia menunggu
kedatangan calon anggota. Angin berhembus sepoi-sepoi menambah sejuk udara di
halaman masjid raya yang di penuhi pohon-pohon. Helai daun-daun kering yang
tersapu angin bergerak seirama mengikuti arah angin yang bertiup kencang.
Perlahan rintik hujan mulai berjatuhan di sela pepohonan yang rimbun dedaunan.
Aku dan tiga orang temanku segera berpindah ke teras masjid agar tak kebasahan.
Sembari
menunggu adzan ashar berkumandang, aku membaca tulisan-tulisan calon anggota
yang sudah mendaftar. Subhanallah, tulisannya bagus dan kelihatannya mereka
sangat antusias sekali untuk bergabung dengan FLP. Eits, tapi bukan ini yang
ingin menjadi bahan catatanku kali ini. Aku hanya ingin bercerita tentang sebuah
pengalaman yang sangat asing bagiku. Ketika adzan ashar berkumandang, aku dan
salah
seorang temanku bergerak menuju tempat wudhu. Usai berwudhu dan merapikan kembali jilban, kami pun masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan sholat ashar. O’ow, ternyata mukena di masjid itu sudah habis, aku terlambat! L. Terpaksa aku menunggu giliran sholat berikutnya, sholat sendirian. hikz!
seorang temanku bergerak menuju tempat wudhu. Usai berwudhu dan merapikan kembali jilban, kami pun masuk ke dalam masjid untuk melaksanakan sholat ashar. O’ow, ternyata mukena di masjid itu sudah habis, aku terlambat! L. Terpaksa aku menunggu giliran sholat berikutnya, sholat sendirian. hikz!
Nah
ini dia nih pengalaman asingnya. Ketika aku akan melaksanakan sholat ashar
sendiri (dengan meminjam mukena temanku), tiba-tiba ada seorang ibu berdiri
tepat di sampingku. Rupanya beliau tadi juga nggak kebagian mukena, hehe. Eh,
eh, tapi kok gerakan sholatnya mengikuti gerakan sholatku? Deg, jadilah
sholatku waktu itu dipenuhi dengan berbagai macam pikiran. Usai sholat, aku pulang
ke rumah. Rupanya pikiranku ketika sholat tadi terus membayangiku. Akhirnnya,
karena tak mau terus dihantui rasa penasaran, aku menanyakan perihal tersebut
pada temanku dan murobiku. Dan penjelasan mereka benar-benar membuatku
tercengang, ternyata ibu-ibu tadi telah menjadi makmumku! Appppppaaa? hari ini
aku menjadi imam? Astaghfirullah atau Subhanallah kah yang harus kuucapkan?
Tapi sungguh ini adalah pengalaman pertamaku mengimami sholat berjama’ah.
Pengalaman yang tak terduga, dan tentunya juga membuatku takut. Bukankah
seorang imam harus mempertanggungjawabkan makmumnya? Astaghfirullah, sungguh aku benar-benar belum siap untuk menjadi
imam. Tapi, mau bagaimana lagi? ini sudah terjadi? dan biarlah Allah yang
menilai. Yang pasti, sejak saat itu aku berjanji untuk lebih memperbaiki
sholatku dan mempersiapkan diri untuk menjadi imam wanita. Semoga suatu saat
aku bisa, tapi jelas saat ini aku masih belum siap. Hiks! :(
Banjarmasin, 30 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Syukron sudah meninggalkan pesan di blog ini. ^_^